Source: ITB Mesin turbojet merupakan mesin turbin dengan fluida kerja berupa gas yang digunakan untuk menghasilkan gaya dorong. Mesin ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin. Kompresor berfungsi menyediakan cukup udara bertekanan tinggi yang kemudian dibakar bersama-sama dengan bahan bakar di dalam ruang bakar. Gas panas bertekanan tinggi hasil pembakaran ini kemudian di ekspansikan melalui turbin. Turbin menyerap sebagian energi untuk memutar kompresor sedangkan sisanya dialirkan melalui nozzle. Distribusi penampang nozzle ini dibuat sedemikian rupa sehingga energi dalam bentuk tekanan dan panas berubah menjadi kecepatan. Kompresor dan turbin dihubungkan dengan sebuah poros sehingga kedua komponen ini berputar bersamaan pada putaran yang sama.
Sebagai langkah awal bagi pengembangan mesin turbin gas di ITB, Laboratorium Aerodinamika Teknik Penerbangan ITB bekerja sama dengan Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi Teknik Mesin ITB melakukan perancangan dan pembuatan mesin turbojet kecil. Komponen inti mesin ini terdiri dari sebuah kompresor sentrifugal, ruang bakar tipe annular dan turbin aksial. Mesin turbojet kecil berdiameter 110 mm dengan panjang 265 mm ini dirancang untuk menghasilkan gaya dorong sebesar 24 N pada putaran 70.000 rpm. Dalam beberapa uji coba tercatat bahwa mesin ini menghasilkan gaya dorong 5 N pada putaran sekitar 25000 rpm.
Pada daya keluaran yang besar, karakteristik perbandingan daya terhadap berat dan daya terhadap ukuran yang lebih baik dari mesin piston menyebabkan mesin turbojet dan turbofan menjadi pilihan utama sebagai pendorong pesawat-pesawat berukuran besar atau pesawat-pesawat berkecepatan tinggi. Pada umumnya, perbandingan daya terhadap berat turun dengan turunnya ukuran mesin karena masalah aerodinamika kompresor dan turbin, namun demikian mesin turbojet kecil ini dapat digunakan sebagai pendorong pesawat-pesawat tanpa awak berukuran kecil.
Sebagai kelanjutan dari hasil penelitian ini, dalam waktu dekat akan dikembangkan mesin turbojet dengan ukuran lebih besar.
Impeller, ruang bakar dan rotor turbin
Pada daya keluaran yang besar, karakteristik perbandingan daya terhadap berat dan daya terhadap ukuran yang lebih baik dari mesin piston menyebabkan mesin turbojet dan turbofan menjadi pilihan utama sebagai pendorong pesawat-pesawat berukuran besar atau pesawat-pesawat berkecepatan tinggi. Pada umumnya, perbandingan daya terhadap berat turun dengan turunnya ukuran mesin karena masalah aerodinamika kompresor dan turbin, namun demikian mesin turbojet kecil ini dapat digunakan sebagai pendorong pesawat-pesawat tanpa awak berukuran kecil.
Sebagai kelanjutan dari hasil penelitian ini, dalam waktu dekat akan dikembangkan mesin turbojet dengan ukuran lebih besar
Thursday, June 17, 2010
N250 Gatot Kaca
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Performa Pesawat
Berat dan Dimensi
* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)
Sejarah
Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses pembuatan.
Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.
Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Performa Pesawat
Berat dan Dimensi
* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)
Sejarah
Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses pembuatan.
Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.
Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).
Kapal bersayap WiSE BPPT oleh PT Carita Boat Indonesia

SERANG, 23/2/2009 - Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal (depan) didampingi Direktur PT Carita Boat Indonesia (CBI) Budi Suchaeri meninjau tempat pembuatan Pesawat WiSE BPPT berbahan fiber glass di Bojanegara, Serang, Banten, Sabtu (23/2). Pesawat tersebut dibuat antara lain untuk memenuhi pesanan Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
WiSE ( Wings In Surface Effect ) merupakan kapal bersayap yang dirancang sedemikian rupa yang dapat terbang di atas permukaan air.
Kecepatan kapal bersayap ini 4-9 kali lebih cepat dari kapal-kapal biasa dan penggunaan energi mampu menghemat bahan bakar sampai 40%. Kapal bersayap ini memiliki tiga tipe, yakni :
Tipe A; merupakan kapal bersayap yang tidak pernah lepas dari permukaan air.
Tipe B; merupakan kapal bersayap yang dapat terbang tidak lebih dari 150 meter di atas permukaan air.
Tipe C; merupakan kapal bersayap yang dapat terbang sebagaimana pesawat.
BPPT sementara ini mengembangkan dua tipe pertama yaitu Tipe A dan B. Saat ini, kapal bersayap ini berkapasitas optimum dengan kapasitas penumpang 8 orang dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat menaikkan jumlah kapasitas penumpang. Selain untuk sarana transportasi, kapal bersayap ini juga dapat digunakan untuk patroli kelautan Indonesia dan kegiatan bisnis yang membutuhkan kecepatan pengiriman barang.
WiSE ini, menurut Menristek, untuk menghormati salah satu inovatornya almarhum Prof Dr Said D Jenie, Kepala BPPT yang wafat pada 11 Juli lalu. Said merupakan satu dari 100 inovator pilihan yang memiliki banyak rancangan.
"Contoh ini merupakan petunjuk bahwa pembangunan iptek telah menunjukkan kemajuan berarti," kata Menristek.
Menurut peneliti Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi BPPT Iskendar, WiSE merupakan suatu alternatif sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang kebanyakan merupakan daerah perairan dan kepulauan.
Kapal bersayap berpenumpang delapan orang ini, urainya, terbang di ketinggian sekitar dua meter di atas permukaan air dengan kecepatan maksimal 60 knott dengan lama penerbangan enam jam non stop.
WiSE memanfaatkan fenomena ground effect yaitu bantalan dinamik yang timbul ketika wahana terbang sangat rendah di atas permukaan, sehingga meningkatkan rasio daya angkat dan daya hambat yang menghasilkan efisiensi bahan bakar yang lebih baik daripada pesawat konvensional.
Keistimewaan kapal bersayap WiSE terletak kepada rancangan sayapnya dan pada bagian bawah kapal, bertopang pada teori aerodinamika dan hidrodinamika, dapat memampatkan udara sehingga membentuk bantalan udara. Dengan bantalan udara inilah, badan kapal akan terangkat dan terbang seperti pesawat.
Selain itu, WiSE memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di air sehingga hanya membutuhkan dermaga modifikasi untuk merapat dan memudahkan daerah pulau-pulau yang tak memiliki fasilitas udara, ujarnya.
"Prototipe WiSE Belibis SDJ A2B ini setelah di-roll out siap menjalani uji layar terbang yang akan dilaksanakan di Bojonegara, Teluk Banten," katanya.
Awalnya, uji model melalui aerodinamika dan uji mikro dilakukan di Surabaya. Lalu pembuatan prototipe dilakukan oleh Carita di Serpong dan di galangan kapal Carita di Bojonegara, Serang, Banten.
Selain hemat tenaga, WiSE unggul dalam banyak hal. Tak perlu dermaga khusus atau bandara untuk merapat dan mendarat. Perawatannya pun jauh lebih murah dari kapal laut atau pesawat.
"Kapal prototype ini cuma memakai mesin mobil buatan Chevrolet," kata Budi. Kapal ini membuat nyaman penumpang yang mengalami mabuk laut jika naik kapal laut, juga membuat nyaman penumpang yang takut ketinggian karena cuma terbang rendah.
Penggunaan kapal berteknologi WiSE ini tentu saja menghemat ongkos yang harus dikeluarkan penumpang dan waktu tempuh lebih cepat.
Dengan kecepatan melebihi 300 kilometer per jam, kapal bersayap bisa menjadi penghubung pulau-pulau terpencil atau kota-kota di pesisir yang sulit dijangkau transportasi darat. Menurut Budi, kapal WiSE yang pembuatannya juga melibatkan pakar aerodinamika Institut Teknologi Bandung ini memakai material komposit sehingga lebih ringan.
Pembuatan prototipe ini menguras dana sekitar Rp 10 miliar. Tapi, jika sudah diproduksi massal, harga jualnya bisa ditekan menjadi Rp 4 miliar per unitnya. Jauh lebih murah dari pesawat Cessna Caravan 14 penumpang yang dijual US$ 1,2 juta (Rp 11,2 miliar).
Kendati, belum memasuki tahap operasional, WiSE sudah dipesan kalangan instansi pemerintah,yaitu Pemda DKI Jakarta, Pemda Kepulauan Riau, Otorita Batam, serta Basarnas (Badan SAR Nasional).
BPPT Terus Kembangkan Motor Fuel Cell
02 November 2009
Jakarta- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus mengembangkan motor listrik berbasis "fuel cell" dengan bahan bakar hidrogen berkapasitas 500 Watt.
"Energi ini di masa depan akan jadi basis pergerakan dunia menggantikan minyak bumi, meski saat ini di berbagai negara tahapannya masih dalam bentuk riset, termasuk di Indonesia," kata Kepala BPPT Dr Marzan Aziz Iskandar di sela "International Conference on Fuel Cell and hydrogen Technology" di Jakarta. (28/10)
Marzan menjelaskan fuel cell merupakan teknologi ramah lingkungan yang hasil reaksinya selain listrik, yakni air murni dan panas, dengan demikian tidak mengeluarkan emisi gas buang berbahaya seperti NOx atau SOx dan tak menyumbang terhadap efek rumah kaca.
Selain bersih, fuel cell juga memiliki tingkat efisiensi yang tinggi terhadap konversi energi yakni 40-70 persen, di mana efisiensinya dari hidrogen ke listrik sebesar 55 persen jika dibandingkan dengan pembakaran minyak bumi menjadi panas yang hanya 20-25 persen.
Ditempat terpisah, Kepala Program Proyek Fuel Cell dari Pusat Teknologi Material BPPT Dr Eniya Listiani Dewi menjelaskan motor listrik fuel cell yang sedang dikembangkannya menggunakan bahan bakar dari hidrogen dengan konsumsi satu liter hidrogen untuk setiap 1km.
Sistem pengoperasiannya tanpa menggunakan baterai, lanjut Eniya. Motor listrik ini dilengkapi tangki sebesar termos yang memampatkan 740 liter hidrogen. Hidrogen ini kemudian diubah oleh fuel cell langsung menjadi energi listrik untuk menjalankan motor.
Eniya mengakui harga hidrogen saat ini diakuinya masih cukup mahal yaitu sekitar Rp 1 juta untuk 7.000 liter hidrogen. Namun ada juga yang menawarkan Rp 600 ribu dengan kualitas lebih rendah. Namun saat ini, Eniya mengakui komponen lokal dari teknologi fuel cell ini telah mencapai 80 persen, sisanya yaitu membran pengkatalisator pemecah atom hidrogen menjadi elektron dan proton masih diimport. Fuell cell selain diaplikasikan pada motor, juga diaplikasikan untuk keperluan listrik rumah tangga. Caranya dengan mengkombinasikan fotovoltaik atau energi surya, lanjut Eniya. (dew)
Menristek: SINas Iptek Dukung Pertumbuhan Ekonomi
14 Juni 2010
Menristek Suharna Surapranata menegaskan bahwa pembentukan Sistem Inovasi Nasional (SINas) tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk itu, perlu segera dibangun SINas yang berbasis pada Sistem Nasional Iptek agar kontribusi teknologi terhadap pembangunan nasional meningkat.
Penegasan tersebut disampaikan Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Dikatakan, teknologi yang dikembangkan harus sinkron dengan permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata masyarakat dan negara,” kata Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Selain itu, tambah Suharna, ada tiga hal lain juga perlu disiapkan untuk membangun SINas Iptek. Yakni memberikan rangsangan untuk tumbuh-kembang industri produsen dan/atau jasa berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya, juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pengembang teknologi; serta menyiapkan dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk memasilitasi, menstilmulasi dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas.
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah lemahnya kebijakan pengembangan teknologi untuk menunjang peningkatan produktifitas.
Sedangkan dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan, relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan Iptek.
Untuk itulah, kata Suharna, arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas. Hal tersebut diwujudkan melalui lima pilar SINas, yakni Kelembagaan Iptek yang efektif, Sumberdaya Iptek yang kuat, Jaringan antar-kelembagaan Iptek yang saling memperkuat (mutualistik), Relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, staf khusus Menteri Ristek bidang Ristek dan Teknologi Dr. Warsito menjelaskan, reorganisasi di lingkungan eselon I Kemristek disesuaikan dengan lima pilar SINas tersebut.
Pejabat eselon I yang dilantik adalah Dr. Mulyanto, M. Eng, sebagai Sekretaris Kemristek, Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc sebagai Deputi Bidang Kelembagaan Iptek, Prof. H. Freedy Oermana Zen, M.S.Sc, D.Sc sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Iptek, Prof. Dr. Syamsa Ardisasmita, DEA sebagai Deputi Bidang Jaringan Iptek, Dr. Teguh Rahadjo sebagai Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Dr. Ir. Idwan Suhardi sebagai Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek,
Sementara Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp. Mk dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat, dan Dr. Ir. Engkos Koswara Natakusumah, M.Sc sebagai Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan Transportasi. (dra)
Menristek Suharna Surapranata menegaskan bahwa pembentukan Sistem Inovasi Nasional (SINas) tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk itu, perlu segera dibangun SINas yang berbasis pada Sistem Nasional Iptek agar kontribusi teknologi terhadap pembangunan nasional meningkat.
Penegasan tersebut disampaikan Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Dikatakan, teknologi yang dikembangkan harus sinkron dengan permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata masyarakat dan negara,” kata Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Selain itu, tambah Suharna, ada tiga hal lain juga perlu disiapkan untuk membangun SINas Iptek. Yakni memberikan rangsangan untuk tumbuh-kembang industri produsen dan/atau jasa berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya, juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pengembang teknologi; serta menyiapkan dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk memasilitasi, menstilmulasi dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas.
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah lemahnya kebijakan pengembangan teknologi untuk menunjang peningkatan produktifitas.
Sedangkan dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan, relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan Iptek.
Untuk itulah, kata Suharna, arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas. Hal tersebut diwujudkan melalui lima pilar SINas, yakni Kelembagaan Iptek yang efektif, Sumberdaya Iptek yang kuat, Jaringan antar-kelembagaan Iptek yang saling memperkuat (mutualistik), Relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, staf khusus Menteri Ristek bidang Ristek dan Teknologi Dr. Warsito menjelaskan, reorganisasi di lingkungan eselon I Kemristek disesuaikan dengan lima pilar SINas tersebut.
Pejabat eselon I yang dilantik adalah Dr. Mulyanto, M. Eng, sebagai Sekretaris Kemristek, Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc sebagai Deputi Bidang Kelembagaan Iptek, Prof. H. Freedy Oermana Zen, M.S.Sc, D.Sc sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Iptek, Prof. Dr. Syamsa Ardisasmita, DEA sebagai Deputi Bidang Jaringan Iptek, Dr. Teguh Rahadjo sebagai Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Dr. Ir. Idwan Suhardi sebagai Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek,
Sementara Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp. Mk dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat, dan Dr. Ir. Engkos Koswara Natakusumah, M.Sc sebagai Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan Transportasi. (dra)
Menristek: SINas Iptek Dukung Pertumbuhan Ekonomi
14 Juni 2010
Menristek Suharna Surapranata menegaskan bahwa pembentukan Sistem Inovasi Nasional (SINas) tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk itu, perlu segera dibangun SINas yang berbasis pada Sistem Nasional Iptek agar kontribusi teknologi terhadap pembangunan nasional meningkat.
Penegasan tersebut disampaikan Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Dikatakan, teknologi yang dikembangkan harus sinkron dengan permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata masyarakat dan negara,” kata Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Selain itu, tambah Suharna, ada tiga hal lain juga perlu disiapkan untuk membangun SINas Iptek. Yakni memberikan rangsangan untuk tumbuh-kembang industri produsen dan/atau jasa berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya, juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pengembang teknologi; serta menyiapkan dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk memasilitasi, menstilmulasi dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas.
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah lemahnya kebijakan pengembangan teknologi untuk menunjang peningkatan produktifitas.
Sedangkan dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan, relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan Iptek.
Untuk itulah, kata Suharna, arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas. Hal tersebut diwujudkan melalui lima pilar SINas, yakni Kelembagaan Iptek yang efektif, Sumberdaya Iptek yang kuat, Jaringan antar-kelembagaan Iptek yang saling memperkuat (mutualistik), Relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, staf khusus Menteri Ristek bidang Ristek dan Teknologi Dr. Warsito menjelaskan, reorganisasi di lingkungan eselon I Kemristek disesuaikan dengan lima pilar SINas tersebut.
Pejabat eselon I yang dilantik adalah Dr. Mulyanto, M. Eng, sebagai Sekretaris Kemristek, Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc sebagai Deputi Bidang Kelembagaan Iptek, Prof. H. Freedy Oermana Zen, M.S.Sc, D.Sc sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Iptek, Prof. Dr. Syamsa Ardisasmita, DEA sebagai Deputi Bidang Jaringan Iptek, Dr. Teguh Rahadjo sebagai Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Dr. Ir. Idwan Suhardi sebagai Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek,
Sementara Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp. Mk dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat, dan Dr. Ir. Engkos Koswara Natakusumah, M.Sc sebagai Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan Transportasi. (dra)
Menristek Suharna Surapranata menegaskan bahwa pembentukan Sistem Inovasi Nasional (SINas) tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk itu, perlu segera dibangun SINas yang berbasis pada Sistem Nasional Iptek agar kontribusi teknologi terhadap pembangunan nasional meningkat.
Penegasan tersebut disampaikan Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Dikatakan, teknologi yang dikembangkan harus sinkron dengan permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata masyarakat dan negara,” kata Suharna pada pelantikan pejabat eselon I di lingkungan Kemristek yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (14/6).
Selain itu, tambah Suharna, ada tiga hal lain juga perlu disiapkan untuk membangun SINas Iptek. Yakni memberikan rangsangan untuk tumbuh-kembang industri produsen dan/atau jasa berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya, juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pengembang teknologi; serta menyiapkan dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk memasilitasi, menstilmulasi dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas.
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah lemahnya kebijakan pengembangan teknologi untuk menunjang peningkatan produktifitas.
Sedangkan dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan, relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan Iptek.
Untuk itulah, kata Suharna, arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas. Hal tersebut diwujudkan melalui lima pilar SINas, yakni Kelembagaan Iptek yang efektif, Sumberdaya Iptek yang kuat, Jaringan antar-kelembagaan Iptek yang saling memperkuat (mutualistik), Relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, staf khusus Menteri Ristek bidang Ristek dan Teknologi Dr. Warsito menjelaskan, reorganisasi di lingkungan eselon I Kemristek disesuaikan dengan lima pilar SINas tersebut.
Pejabat eselon I yang dilantik adalah Dr. Mulyanto, M. Eng, sebagai Sekretaris Kemristek, Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc sebagai Deputi Bidang Kelembagaan Iptek, Prof. H. Freedy Oermana Zen, M.S.Sc, D.Sc sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Iptek, Prof. Dr. Syamsa Ardisasmita, DEA sebagai Deputi Bidang Jaringan Iptek, Dr. Teguh Rahadjo sebagai Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Dr. Ir. Idwan Suhardi sebagai Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek,
Sementara Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp. Mk dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat, dan Dr. Ir. Engkos Koswara Natakusumah, M.Sc sebagai Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, Komunikasi dan Transportasi. (dra)
Wednesday, June 16, 2010
BUMN Fund Bidik Pendanaan Rp 60 Triliun
Jumat, 11/06/2010 14:35 WIB
Jakarta - BUMN Fund yang akan mengelola saham-saham minoritas milik pemerintah bakal memiliki peluang untuk menarik pendanaan hingga Rp 60 triliun untuk dikucurkan ke BUMN-BUMN. Nilai BUMN Fund sendiri mencapai Rp 4,2 triliun.
"Dengan nilai saham sebesar itu, diperkirakan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 20 triliun, maka BUMN Fund bisa meleverage pinjaman ke bank sebanyak Rp 40-60 triliun bagi BUMN lainnya," ujar Menteri BUMN Mustafa Abubakar di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (11/6/2010).
Kementerian BUMN berencana meresmikan BUMN Fund pada 30 Juni 2010. BUMN Fund ini akan mengumpulkan saham minoritas milik pemerintah untuk dikelola dan dijadikan pembiayaan bagi BUMN lainnya. Nilai saham minoritas pemerintah diperkirakan sebanyak Rp 4,2 triliun.
"Mudah-mudahan 30 Juni nanti akan dirilis berdirinya BUMN Fund," kata
Ia mengatakan, BUMN Fund ini dibentuk untuk memberikan alternatif pembiayaan dalam rangka penyehatan perusahaan pelat merah. Nilai saham minoritas pemerintah yang akan dikelola BUMN Fund diperkirakan sebanyak Rp 4,2 triliun.
"Nanti BUMN yang butuh dana tinggal minta ke BUMN Fund. Jadi BUMN punya instrumen untuk dapat mengatasi kebutuhan modal dan lebih mudah daripada minta ke bank," ujarnya.
Menurutnya, usulan ini datang dari beberapa BUMN yang berada di bawah Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol.
Mustafa menambahkan, BUMN Fund ini akan berada langsung di PT Danareksa (Persero).
Jakarta - BUMN Fund yang akan mengelola saham-saham minoritas milik pemerintah bakal memiliki peluang untuk menarik pendanaan hingga Rp 60 triliun untuk dikucurkan ke BUMN-BUMN. Nilai BUMN Fund sendiri mencapai Rp 4,2 triliun.
"Dengan nilai saham sebesar itu, diperkirakan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 20 triliun, maka BUMN Fund bisa meleverage pinjaman ke bank sebanyak Rp 40-60 triliun bagi BUMN lainnya," ujar Menteri BUMN Mustafa Abubakar di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (11/6/2010).
Kementerian BUMN berencana meresmikan BUMN Fund pada 30 Juni 2010. BUMN Fund ini akan mengumpulkan saham minoritas milik pemerintah untuk dikelola dan dijadikan pembiayaan bagi BUMN lainnya. Nilai saham minoritas pemerintah diperkirakan sebanyak Rp 4,2 triliun.
"Mudah-mudahan 30 Juni nanti akan dirilis berdirinya BUMN Fund," kata
Ia mengatakan, BUMN Fund ini dibentuk untuk memberikan alternatif pembiayaan dalam rangka penyehatan perusahaan pelat merah. Nilai saham minoritas pemerintah yang akan dikelola BUMN Fund diperkirakan sebanyak Rp 4,2 triliun.
"Nanti BUMN yang butuh dana tinggal minta ke BUMN Fund. Jadi BUMN punya instrumen untuk dapat mengatasi kebutuhan modal dan lebih mudah daripada minta ke bank," ujarnya.
Menurutnya, usulan ini datang dari beberapa BUMN yang berada di bawah Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol.
Mustafa menambahkan, BUMN Fund ini akan berada langsung di PT Danareksa (Persero).
Sepeda Motor Hidrogen
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru – baru ini memamerkan prototype produk sepeda motor, yang diberi julukan versa, berbahan baker hydrogen. Inilah alat transportasi pertama berbasis fuel cell yang diciptakan peneliti- peneliti LIPI.
Menurut LIPI “versa” belum dapat belum dapat ngebut di jalanan seperti halnya sepeda motor konvensional berbahan baker bensin. Persoalannya, terletak pada minimnya kekuatan sel tunam (fuel cell) yang menjadi pembangkit energi sang sepeda motor.
Tegangan fuel cell- nya sering turun secara tiba- tiba. Perlu dibuat sirkuit yang lebih konsisten. Kotak sel tunam (fuel cell stack) sendiri, adalah jantung energi “versa”, ia berperan dalam mengubah hydrogen menjadi energi listrik yang memicu gerakan motor. Ada 3 perangkat utama yang menjadi komponen vital “versa”. Selain fuel cell stack (kotak sel tunam) tadi, juga ada instrument tangki hydrogen mini (hydrogen storage) bertekanan 30- 50 bar, serta motor listrik berkekuatan 400 watt.
Hydrogen Storage berfungsi menampung bahan baker hydrogen, sama halnya tangki bensin di motor konvensional. Hingga saat ini, kapasitas tangki hydrogen “versa”, Cuma cukup selama 2 jam saja. Dengan segenap kekurangan ini, “versa” punya kelebihan penting. Ia tak mengeluarkan suara bergemuruh seperti sepeda kendaraan motor biasa. Ketika gas dipacu, yang keluar justru suara angina, halus, dan lembut. Hebatnya lagi, tak ada asap berwarna hitam yang menyembur dari knalpotnya. Malahan “versa” tak memiliki knalpot sama sekali, tapi Cuma selag kecil yang memencarkan uap air. Konversi hydrogen menjadi listrik Cuma menghasilkan uap air, sehingga akan ramah lingkungan.
Menurut LIPI “versa” belum dapat belum dapat ngebut di jalanan seperti halnya sepeda motor konvensional berbahan baker bensin. Persoalannya, terletak pada minimnya kekuatan sel tunam (fuel cell) yang menjadi pembangkit energi sang sepeda motor.
Tegangan fuel cell- nya sering turun secara tiba- tiba. Perlu dibuat sirkuit yang lebih konsisten. Kotak sel tunam (fuel cell stack) sendiri, adalah jantung energi “versa”, ia berperan dalam mengubah hydrogen menjadi energi listrik yang memicu gerakan motor. Ada 3 perangkat utama yang menjadi komponen vital “versa”. Selain fuel cell stack (kotak sel tunam) tadi, juga ada instrument tangki hydrogen mini (hydrogen storage) bertekanan 30- 50 bar, serta motor listrik berkekuatan 400 watt.
Hydrogen Storage berfungsi menampung bahan baker hydrogen, sama halnya tangki bensin di motor konvensional. Hingga saat ini, kapasitas tangki hydrogen “versa”, Cuma cukup selama 2 jam saja. Dengan segenap kekurangan ini, “versa” punya kelebihan penting. Ia tak mengeluarkan suara bergemuruh seperti sepeda kendaraan motor biasa. Ketika gas dipacu, yang keluar justru suara angina, halus, dan lembut. Hebatnya lagi, tak ada asap berwarna hitam yang menyembur dari knalpotnya. Malahan “versa” tak memiliki knalpot sama sekali, tapi Cuma selag kecil yang memencarkan uap air. Konversi hydrogen menjadi listrik Cuma menghasilkan uap air, sehingga akan ramah lingkungan.
LIPI Produksi Prototipe Sepeda Motor Hidrogen
Rabu, 10 September 2008
Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kamis (3/3), memamerkan prototipe produk sepeda motor berbahan bakar hidrogen. Inilah alat transportasi pertama berbasis fuel cell yang diciptakan peneliti-peneliti LIPI.
'Versa' -- demikian merek sepeda motor tadi -- sedikit banyak menegaskan keseriusan Indonesia dalam memasuki 'era hidrogen'. 'Versa' dipamerkan di lantai tiga gedung dua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kemarin. Kehadirannya, tak pelak, menarik perhatian para peserta "Seminar dan Kongres Nasional Konsorsium Fuel Cell Indonesia" di gedung tersebut. Mereka segera mengerumuninya.
Sepeda motor itu sendiri masih dalam bentuk prototipe alias belum menjadi produk on road yang siap dipakai secara massal. Namun, kemunculan 'Versa' tetaplah menarik -- sekaligus memberi harapan bagi negeri ini -- di tengah isu kesiapan negara-negara maju meluncurkan kendaraan berbahan bakar hidrogen. "Kita masih perlu waktu dan dana besar untuk pengembangan lebih lanjut," kata Ahmad Subhan, peneliti Puslit Fisika LIPI yang turut membidani kelahiran 'Versa'.
Subhan mengakui 'Versa' masih jauh dari sempurna. 'Versa' belum dapat ngebut di jalanan seperti halnya sepeda motor konvensional berbahan bakar bensin. Persoalannya, terang Subhan, terletak pada minimnya kekuatan sel tunam (fuel cell) yang menjadi pembangkit energi sang sepeda motor.
"Fuel cell-nya sering nge-drop. Perlu dibuat sirkuit yang lebih konsisten. Kita sedang temukan itu," terang dia. Kotak sel tunam (fuel cell stack) sendiri, kata Subhan, adalah jantung energi 'Versa'. Ia berperan dalam mengubah hidrogen menjadi energi listrik yang memicu gerakan motor. Ada tiga perangkat utama yang menjadi komponen vital 'Versa'. Selain fuel stack (kotak sel tunam) tadi, juga ada instrumen tangki hidrogen mini (hydrogen storage) bertekanan 30-50 bar, serta motor listrik berkekuatan 400 watt.Hydrogen storage berfungsi menampung bahan bakar hidrogen, sama halnya tangki bensin di motor konvensional. Hingga saat ini, kapasitas tangki hidrogen 'Versa', cuma cukup selama dua jam saja. Dengan segenap kekurangan ini, 'Versa' punya kelebihan penting. Ia tak mengeluarkan suara bergemuruh -- seperti sepeda kendaraan motor biasa -- ketika gas dipacu. Yang keluar justru suara angin, halus, dan lembut. Hebatnya lagi, tidak ada asap berwarna hitam yang menyembur dari knalpotnya. Malahan, 'Versa' tak memiliki knalpot sama sekali, tapi cuma selang kecil yang memancarkan uap air. "Konversi hidrogen menjadi listrik cuma menghasilkan uap air, sehingga akan ramah lingkungan," kata Subhan.
Negara-negara maju, telah bersiap-siap meluncurkan kendaraan berbasis fuel cell. Pada 2010, General Motor dan DaimlerChrysler akan mulai memasarkan mobil mewah berbahan bakar hidrogen. Fuel cell merupakan perangkat elektrokimia yang mampu mengkonversi perubahan energi bebas suatu reaksi elektrokimia menjadi energi listrik. Hidrogen merupakan bahan bakar paling ideal buat fuel cell karena memiliki energi per satuan berat tertinggi. Ketersedian hidrogen di alam juga sangat berlimpah.
Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kamis (3/3), memamerkan prototipe produk sepeda motor berbahan bakar hidrogen. Inilah alat transportasi pertama berbasis fuel cell yang diciptakan peneliti-peneliti LIPI.
'Versa' -- demikian merek sepeda motor tadi -- sedikit banyak menegaskan keseriusan Indonesia dalam memasuki 'era hidrogen'. 'Versa' dipamerkan di lantai tiga gedung dua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kemarin. Kehadirannya, tak pelak, menarik perhatian para peserta "Seminar dan Kongres Nasional Konsorsium Fuel Cell Indonesia" di gedung tersebut. Mereka segera mengerumuninya.
Sepeda motor itu sendiri masih dalam bentuk prototipe alias belum menjadi produk on road yang siap dipakai secara massal. Namun, kemunculan 'Versa' tetaplah menarik -- sekaligus memberi harapan bagi negeri ini -- di tengah isu kesiapan negara-negara maju meluncurkan kendaraan berbahan bakar hidrogen. "Kita masih perlu waktu dan dana besar untuk pengembangan lebih lanjut," kata Ahmad Subhan, peneliti Puslit Fisika LIPI yang turut membidani kelahiran 'Versa'.
Subhan mengakui 'Versa' masih jauh dari sempurna. 'Versa' belum dapat ngebut di jalanan seperti halnya sepeda motor konvensional berbahan bakar bensin. Persoalannya, terang Subhan, terletak pada minimnya kekuatan sel tunam (fuel cell) yang menjadi pembangkit energi sang sepeda motor.
"Fuel cell-nya sering nge-drop. Perlu dibuat sirkuit yang lebih konsisten. Kita sedang temukan itu," terang dia. Kotak sel tunam (fuel cell stack) sendiri, kata Subhan, adalah jantung energi 'Versa'. Ia berperan dalam mengubah hidrogen menjadi energi listrik yang memicu gerakan motor. Ada tiga perangkat utama yang menjadi komponen vital 'Versa'. Selain fuel stack (kotak sel tunam) tadi, juga ada instrumen tangki hidrogen mini (hydrogen storage) bertekanan 30-50 bar, serta motor listrik berkekuatan 400 watt.Hydrogen storage berfungsi menampung bahan bakar hidrogen, sama halnya tangki bensin di motor konvensional. Hingga saat ini, kapasitas tangki hidrogen 'Versa', cuma cukup selama dua jam saja. Dengan segenap kekurangan ini, 'Versa' punya kelebihan penting. Ia tak mengeluarkan suara bergemuruh -- seperti sepeda kendaraan motor biasa -- ketika gas dipacu. Yang keluar justru suara angin, halus, dan lembut. Hebatnya lagi, tidak ada asap berwarna hitam yang menyembur dari knalpotnya. Malahan, 'Versa' tak memiliki knalpot sama sekali, tapi cuma selang kecil yang memancarkan uap air. "Konversi hidrogen menjadi listrik cuma menghasilkan uap air, sehingga akan ramah lingkungan," kata Subhan.
Negara-negara maju, telah bersiap-siap meluncurkan kendaraan berbasis fuel cell. Pada 2010, General Motor dan DaimlerChrysler akan mulai memasarkan mobil mewah berbahan bakar hidrogen. Fuel cell merupakan perangkat elektrokimia yang mampu mengkonversi perubahan energi bebas suatu reaksi elektrokimia menjadi energi listrik. Hidrogen merupakan bahan bakar paling ideal buat fuel cell karena memiliki energi per satuan berat tertinggi. Ketersedian hidrogen di alam juga sangat berlimpah.
LIPI Kembangkan Baterai Lithium Keramik untuk Mobil Listrik
Senin, 1 Juni 2009 | 23:17 WIB
- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan baterai lithium berbahan keramik padat yang lebih tahan panas untuk digunakan pada kendaraan masa depan berbahan bakar listrik fuel cell.
"Baru LIPI yang sudah berhasil mengembangkan baterai lithium dari komposit material gelas keramik di dunia ini, seperti dari pecahan kaca. Dengan demikian sistem fuel cell tidak lagi memerlukan sistem pendingin," kata Peneliti Material dan Komposit Pusat Penelitian Fisika LIPI, Dr Bambang Prihandoko di Jakarta, Senin (1/6).
Dunia mobil hibrida sampai saat ini, lanjut Bambang, masih menggunakan baterai lithium dari polimer padat yang kekurangannya tidak tahan panas, sementara baterai lithium dari keramik mampu menahan panas sampai 200 derajat Celcius sehingga tidak diperlukan sistem pendingin.
Sel baterai lithium dari keramik dengan 3,3 Volt dan 200 mili Ampere itu nantinya akan diserikan dan diparalelkan sehingga kemampuannya meningkat untuk mengganti listrik fuel cell selama dua jam bagi kecepatan kendaraan 100 km per jam.
Baterai yang dikembangkan pihaknya itu, jelasnya, sudah dalam bentuk prototipe dan sudah dipatenkan sehingga sudah bisa diproduksi secara massal.
Ia mengakui, baterai lithium masih belum diujicobakan pada kendaraan listrik fuel cell buatan LIPI (Marlip) yang masih menggunakan aki konvensional (lead acid).
"Berat baterai lithium hanya seperlima berat aki. Tahun depan akan kita ganti aki di Marlip dengan baterai lithium ini sehingga Marlip menjadi jauh lebih ringan," katanya. Tanpa baterai lithium, urainya, kendaraan listrik dengan sistem fuel cell tidak bekerja sebagaimana mestinya di mana kecepatan konstan, tidak bisa bergerak lebih cepat.
Mobil hibrida yang dilengkapi sistem fuel cell ramah lingkungan, sejak dua dekade belakangan mulai banyak diperkenalkan. Hampir seluruh produsen kendaraan bermotor juga meluncurkan jenis mobil hibrida yang selain menggunakan sumber energi premium, juga menggunakan energi listrik. Saat ini para produsen mobil hibrid sedang berlomba-lomba menciptakan baterai yang aman, bertenaga, tahan lama, ringan, dan cepat diisi ulang sambil memaksimalkan kemampuan baterai lithium-ionnya.
Prinsip kerja sistem fuel cell yakni menggunakan proses elektrokimia di mana hidrogen dan oksigen digunakan sebagai bahan bakar. Komponen utama fuel cell terdiri dari elektrolit berupa lapisan khusus yang diletakkan di antara dua buah elektroda. Proses kimia yang disebut pertukaran ion terjadi di dalam elektrolit ini dan menghasilkan listrik serta air panas, sehingga fuel cell menghasilkan energi listrik tanpa adanya pembakaran dan tidak ada polusi.
- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan baterai lithium berbahan keramik padat yang lebih tahan panas untuk digunakan pada kendaraan masa depan berbahan bakar listrik fuel cell.
"Baru LIPI yang sudah berhasil mengembangkan baterai lithium dari komposit material gelas keramik di dunia ini, seperti dari pecahan kaca. Dengan demikian sistem fuel cell tidak lagi memerlukan sistem pendingin," kata Peneliti Material dan Komposit Pusat Penelitian Fisika LIPI, Dr Bambang Prihandoko di Jakarta, Senin (1/6).
Dunia mobil hibrida sampai saat ini, lanjut Bambang, masih menggunakan baterai lithium dari polimer padat yang kekurangannya tidak tahan panas, sementara baterai lithium dari keramik mampu menahan panas sampai 200 derajat Celcius sehingga tidak diperlukan sistem pendingin.
Sel baterai lithium dari keramik dengan 3,3 Volt dan 200 mili Ampere itu nantinya akan diserikan dan diparalelkan sehingga kemampuannya meningkat untuk mengganti listrik fuel cell selama dua jam bagi kecepatan kendaraan 100 km per jam.
Baterai yang dikembangkan pihaknya itu, jelasnya, sudah dalam bentuk prototipe dan sudah dipatenkan sehingga sudah bisa diproduksi secara massal.
Ia mengakui, baterai lithium masih belum diujicobakan pada kendaraan listrik fuel cell buatan LIPI (Marlip) yang masih menggunakan aki konvensional (lead acid).
"Berat baterai lithium hanya seperlima berat aki. Tahun depan akan kita ganti aki di Marlip dengan baterai lithium ini sehingga Marlip menjadi jauh lebih ringan," katanya. Tanpa baterai lithium, urainya, kendaraan listrik dengan sistem fuel cell tidak bekerja sebagaimana mestinya di mana kecepatan konstan, tidak bisa bergerak lebih cepat.
Mobil hibrida yang dilengkapi sistem fuel cell ramah lingkungan, sejak dua dekade belakangan mulai banyak diperkenalkan. Hampir seluruh produsen kendaraan bermotor juga meluncurkan jenis mobil hibrida yang selain menggunakan sumber energi premium, juga menggunakan energi listrik. Saat ini para produsen mobil hibrid sedang berlomba-lomba menciptakan baterai yang aman, bertenaga, tahan lama, ringan, dan cepat diisi ulang sambil memaksimalkan kemampuan baterai lithium-ionnya.
Prinsip kerja sistem fuel cell yakni menggunakan proses elektrokimia di mana hidrogen dan oksigen digunakan sebagai bahan bakar. Komponen utama fuel cell terdiri dari elektrolit berupa lapisan khusus yang diletakkan di antara dua buah elektroda. Proses kimia yang disebut pertukaran ion terjadi di dalam elektrolit ini dan menghasilkan listrik serta air panas, sehingga fuel cell menghasilkan energi listrik tanpa adanya pembakaran dan tidak ada polusi.
Tuesday, May 18, 2010
YOGYAKARTA ------ JOGJAKARTA

In the national tourism map, the potential DIY ranked second after Bali. The assessment was based on several factors into force of tourism development in DIY. First, with regard to the diversity of objects. With a variety of predicate, DIY has a variety of attractions that are relatively comprehensive in terms of both physical and non physical, in addition to the readiness of tourism support facilities. As an educational city, Yogyakarta has a relatively high quality human resources.
In addition, there are no fewer than 70,000 handicraft industry, and other facilities which is very conducive to such accommodation and transportation are highly heterogeneous, miscellaneous catering, travel agencies generally, as well as adequate support for tour guides, tour security team called the Bhayangkara Tour. Potential is still coupled with the location that is adjacent to the Central Java Province, thereby increasing the diversity of objects that already exist. Second, related to an object with a specificity range of steady and unique characters such as the Palace, Prambanan Temple, in Kota Gede silver. This object specification msih supported by a combination of physical objects and non-physical objects in a harmonious blend. All these factors strengthen the competitiveness of the province of DIY as a primary goal (Primary destination) not only for domestic tourists as well as foreign tourists. Prawirotaman and Sosrowijayan designation as an 'international village' atmosphere Yogyakarta prove closeness with 'sense of exoticism' foreign tourists.

Welcome Tourism D.I. Province Yogyakarta
According to the Center for Research Tourism in 1980, tourism Yogyakarta has some power of attraction, such as favorable climate, varied scenery attractions, and interesting cultural history, friendly people and friendly, unique accommodation, lifestyle, at a reasonable price.
Variety of attractions in Yogyakarta total of 31 cultural attractions and 19 natural attractions. Viewed from the region has achieved, above all tourism objects are divided into seven zones, namely:

Zone 1 Region North Sleman in the slopes of Mount Merapi
Tourism Object Natural attractions and mountains
Kaliurang jungle tours, camping grounds, where the ascent
Bebeng, baths, children's recreational park
Zone 2 Region Sleman Eastern and Northern parts of Gunungkidul
Tourism Object Archaeological heritage tourism
The temples (Hindu and Buddhist); archaeological site
Attraction Ramayana Ballet
Zone 3 Region (Partly) in Bantul Regency and (partially) Gunungkidul District
Tourism Object Education and nature tourism coast
Wanagama Forest, Forest Kencono Design, Goa Ngglanggeran,
Baron-beach-Krakal Kukup, Beach Wediombo
Zone 4 Region (Partly) in Bantul Regency
Tourism Object Recreational and cultural tourism on the beach
Parangtritis, Goa Langse

Attraction Ceremony Kraton (Incidental)
Zone 5 Region Kulonprogo Southern District and (partly) in Bantul Regency
Tourism Object Tours culture, natural beach, beach sports
Congot Beach, Beach Glagah, Samas Beach, Goa Selarong
Zone 6 Region Kulonprogo regency west
Tourism Object La Tour, and spiritual
Goa Kiskendo, Sendangsono, Samigaluh Mountains,
Kalibawang Mountains
Zone 7 Region Yogyakarta and surrounding municipalities
Tourism Object Cultural tourism
Congot Beach, Beach Glagah, Samas Beach, Goa Selarong

In more detail, the objects are classified into three categories, (1) Object Nature Tourism, the form of fine beaches, mountains and cave, (2) Historical objects, which are remnants from the royal history, ruins, cemetery, temple, and others. For example, the Kraton Yogyakarta, Taman Sari (Water Castle); Tomb Imogiri (tombs of the kings of Mataram); Prambanan Temple Kalasan, taken cared of Ratu Boko, etc., (3) Cultural Tourism, which formed the object of public culture which is still preserved, whether tangible art and customs, such as Ramayana, Wayang Kulit, Wayang Golek, Sekaten, Grebeg Mawlood, Grebeg Shawwal, Grebeg Large, and Labuhan.
In addition there are several potential tourist objects that are still in development spread in every second level, namely:

Natural Tourism Object
Bantul District
Goa Selarong, Pandansimo Beach, Beach Pandanpayung, Samas Beach, Mount Pasirlanang, Parangtritis, Parangkusumo Beach, Beach Parangwedang.
District Kulonprogo
Goa Kiskendo, Samigaluh Mountains, Mount Elephant, Sendangsono, Congot Beach, Beach Sand Mendit, Hamlet Bayeman Beach, Beach Palihan, Glagah Beach, Beach Trukan Hamlet, Pandan Beach Segegek
Gunungkidul District

Girijati Goa, Goa Langse, Grengseng Goa, Goa Ngluaran, Goa Kencono Parang, sloping landscape, Mount Batur, Mount Picture, Hanging Fly Sports Location (hill district and subdistrict Pathuk Grill); Wabagama education Forest, Forest Bunder, Langkap Beach, Beach Need , beach Baron, Slili Beach, Beach Krakal, Sungap Beach, Beach Wediombo, Sadeng Beach, Beach Ngongap
Sleman District
Slopes of Mount Merapi

Artificial Tourism
Yogyakarta Municipality
Vrederburg fortress, palace relics such as the Stage Krapyak, Pakualaman Palace, Tomb Kotagede
Bantul District
Tomb Imogiri
Gunungkidul District
Sokoliman Site, Sites Mangunan, Beji Site, Sites Ngluweng, Candirejo, Temple legacy
Sleman District
Temple Gebang, Sambisari temple, Temple Banyunibo, taken cared of Ratu Boko, Candisari Sokogedhug, Ijo Temple, Prambanan Temple Kalasan

Arts and Tradition
Yogyakarta Municipality
Shadow puppet, puppet show, puppet klitik, wayang wong, the arts of dance, classical dance, modern dance, art Tayub, Ketoprak, Serandul, water-pouring ceremony heritage palace, ceremonial Sekaten, kuda lumping
Bantul District
Tourism objects of art and tradition
Jathilan, Gejok Lesung, kethoprak, Rebo Wekasan ceremony, ceremony Kupatan Jolosutro, Labuhan ceremony
District Kulonprogo
Labuhan ceremonies (by family Pakualaman)
Gunungkidul District
Jathilan, Gejog Lesung, Reyok, kethoprak, Rebo Wekasan ceremony, ceremony Kupaten Jolosutro, Labuhan ceremony, ceremony Telaga Net
Sleman District
Nod Art, Jathilan, Bedouin, Wayang Kulit
Heritage of Struggle and Monument
Sunan Kalijogo ruins, taken cared of Ki Ageng archery, carpet Monument Monument, Air Force Radio Stations, Route Guerilla Sudirman, Grave Nyi Ageng Serang, Girigondo Mausoleum, Monuments Yogya Back.

Museum
Sonobudoyo Museum, the Museum of Prince Diponegoro Wirotomo, Army Museum, the Museum of Struggle, Museum of Biology, Gadjah Mada University, the Special Air and Space Museum, Museum Dewantoro Kirti Griya, Affandi Museum, the Palace Museum, Fort Vrederburg.
Ramayana Ballet, Drama in Typical Javanese Dance
Ramayana Ballet is the performing arts, beautiful, amazing and difficult unrivaled. This performance is able to unite various Javanese arts such as dance, drama and music on one stage and one momentum to present the Ramayana story, a legendary epos written by Valmiki in Sanskrit.
Ramayana story that brought on this show is similar to that engraved on Prambanan temple. Like a lot of tell, Ramayana story carved on the most beautiful Hindu temple similar to the story in oral tradition in India. Roads are long and suspenseful story was summarized in four plays or act, the abduction of Sinta, Anoman mission to Lanka, Ravana's death or Kumbhakarna, and the meeting re-Rama Sinta.
All the stories presented in a series of dance movements presented by the beautiful dancers, accompanied by gamelan music. You are invited to actually dissolve in the story and observe each movement of the dancers to know the story. There's no spoken dialogue of the dancers, the only speakers were sinden which describes the way the story through the songs in the Java language with a distinctive voice.
The story begins when King Janaka held a contest to determine the companion Dewi Shinta (daughter) who eventually won by Rama Wijaya. Continuing with the adventures of Rama, Shinta and Rama's brother Lakshmana in the Forest called Dandaka. In the forest they met that Ravana who want to have because it is considered as an incarnation Shinta Dewi Widowati, a woman who has long sought.
To attract the attention of Shinta, Ravana change of his followers named Marica to Deer. The effort was successful because it attracted and asked Rama Shinta chase. Laksama Rama after a long search had not come back while Shinta was abandoned and given protection in the form of magic circle that Ravana could kidnap. Protection failed because after Ravana kidnapped Shinta successfully transform themselves into Durna character.
At the end of the story, Shinta been won back from Ravana by Hanuman, the figure of the agile and powerful ape. But when brought back, Rama and Shinta just do not believe anymore and consider it has been tainted. To prove chastity, Shinta asked to burn herself. Shinta proved her chastity was not burned but became more beautiful. Finally, Rama accepted her as his wife.
You will not be disappointed if this excellent performance because not only dance and music are being prepared. Lighting is prepared in such a way that not only become a mute rays, but is able to describe certain events in the story. So did her makeup on each dancer, not only beautify but also able to describe the character played by character so the audience can easily recognize even though there was no dialogue.
Also, you will see not only dance but also interesting acts such as fireball game and agility acrobat dancers. Captivating game fireball that could be found which had an original type Hanuman burned alive just managed to burn Ravana's kingdom Alengkadiraja. While the stunt could be found when Hanuman fought with the followers of Ravana. Games flame to burn away when Shinta was also interesting to watch.
In Yogyakarta, there are two places to watch the Ramayana Ballet. First, in Purawisata Yogyakarta is located at Jalan Brig Katamso, east of Yogyakarta Kingdom. In a place that has broken Indonesian Record Museum (MURI) in 2002 after a staged ballet every day without fail for 25 years, you'll get the dinner package at once to see ballet. Places to watch the other is in Prambanan Temple, the place of the original Ramayana story carved on temple reliefs.
Ramayana at Yogyakarta Parawisata
Ramayana at Yogyakarta Purawisata
Ticket price: Rp. 175 000
Facilities:
Dinner at Jimbaran Resto
Viewing gamelan performances during dinner
Visits to backstage to see the preparation of dancers if arriving early
Can take pictures during the show
Photographs with the dancers after the show
Schedule of Performances:
At 18:00 to 21:30 pm
Every day.
Gamelan orchestra a la Java
Gamelan is surely not a foreign music. Its popularity has spread to various continents and has created a new blend of jazz-gamelan music, gave birth to the institution as a learning space and the expression of gamelan music, to produce famous gamelan musicians. Gamelan music instrument can now be enjoyed in many parts of the world, but Yogyakarta is the most appropriate place to enjoy the gamelan is it since you can enjoy the original version.
Developing gamelan in Yogyakarta is Javanese gamelan, a different form of gamelan Balinese gamelan or Sundanese gamelan. Javanese gamelan has a softer tone and slow, in contrast to the dynamic Balinese gamelan and Sundanese gamelan highly dominated lilting voice and flute. The difference is understandable, because Java has its own view of life expressed in the rhythm of gamelan music.
Javanese philosophy of life expressed in gamelan music is the harmony of physical and spiritual life, speak and act in harmony in order not to create an explosive expression and to manifest tolerance. Real form of music is the pull string fiddle that is, a balanced blend of sound kenong, saron drum and xylophone and gong sounds on every cover of a rhythm.
There is no definite history of gamelan. The development of gamelan music is expected since the emergence of rafters, fiddle, pat into the mouth, the friction on a thin rope or bamboo to familiar musical instruments from metal. Subsequent developments after named gamelan music was used to accompany the leather puppet show and dances. Later it became independent as the music itself and are equipped with voice sinden.
A set of gamelan consist of several instruments, including a set of similar musical instrument drum called drums, fiddle and zither, xylophone, gong and the bamboo flute. The main components that make up the gamelan music instruments are bamboo, metal, and wood. Each instrument has its own function in gamelan music show, for example gong music played to close a long and gave the balance after the previous musical rhythm was decorated by gending.
Javanese gamelan is music with pentatonic melodies. A complete gamelan game consists of two rounds, ie slendro and pelog. Slendro has five tones per octave, ie 1 2 3 5 6 [C-D E + GA] with small differences in the interval. Pelog has seven tones per octave, ie 1 2 3 4 5 6 7 [C + D E-F # G # AB] with a large difference interval. Gamelan music compositions created by some rules, which consist of several rounds and pathet, restricted by one gong and the melodies were created in a unit consisting of four tones.
You can see gamelan as an independent music performance or a dance or performing arts such as wayang kulit and ketoprak. As a performance, gamelan music is usually combined with the sound of the Javanese singers (male singers and female singers called wiraswara called waranggana or sinden). Gamelan music concert performance can be classical or contemporary gamelan. One form of contemporary gamelan music is jazz-gamelan music as a combination of pentatonic and diatonic melodies.
One of the places in Yogyakarta where you can see is the Kraton Yogyakarta gamelan performances. On Thursday at 10:00 to 12:00 p.m. gamelan as a music performance. Day Saturday at the same time as the accompaniment of gamelan music performed shadow puppet show, while on Sunday at the same time as the accompaniment of gamelan music performed traditional Javanese dance. To see the show, you can go to the Hall of Sri Maganti. Meanwhile, in order to see the old gamelan, you can go to another of the kingdom which lies further to the rear.
Ramayana Ballet, Drama in Typical Javanese Dance
Wayang Kulit, Masterpiece of Java Art Performance
Put your ad here?
Jogja
Jogja Map
Tour de Djokdja
Events This Month
Tourism Object
Art Performances
Gamelan-Show
Ramayana-Ballet
Puppet-Show-Skin
Alternative Tourism
Hotel Stars
Budget Hotels
Hotel 100rb
Villa & Houses for Rent
Restaurants & Cafes
Culinary Tours
Expenditure
Travel agency
Rental Cars
Other Services
Natural Resources
Tourism
Social Culture
Investment
Tourism Other
GREEN ECONOMY
BOOMING BUSINESS IN 2010
CREATIVE AND GREEN ECONOMY 2010
Projection of improving Indonesian economy in 2010, compared with that of 2009, makes lots of business sectors in brighter prospect and is expected to flourish in 2010. However, apart from that, dynamic non-sector business seemingly will thrive in the coming years, e.g. creative economy and green economy.
After shocking the world with his prophecy of the world’s future in his book “Future Shock” in 1970, ten years later Alvin Toffler again became a subject of discussion in the world when he launched a book “The Third Wave” in 1980. This book essentially depicts a transition of advanced countries from industrial age society called as a second wave towards information age society as a third wave.
Toffler pointed out three types of society based on wave concept in which each wave eliminates previous culture or civilization. The first type is agricultural society that removes hunter-gatherer society. The second wave is industrial age society. The second wave started occurring in West Europe since the onset of Industrial Revolution and subsequently it spread all over the world.
A key aspect in the second wave society is the emerging of big corporations. Toffler said the second wave society lived on basis of mass production, mass distribution, mass entertainment, weapon of mass destruction. This basis is subsequently combined into standardization, centralization, and concentration and synchronization which subsequently is incorporated into an organization known as bureaucracy.
In the meantime, the post industrial age society appears in the third wave. In this type of society massive things that previously occurred much in the second wave turns into de-massive things. In the post-industrial age society goods and services are many produced on knowledge-based. Information becomes more valuable source than material one.
Based on Toffler’s society wave concept, the capital can be grouped into several wave changes. On the first wave is agriculture age, the form of main capital is land for planting. On the second wave, is industrial age, the main capital is machinery and factory. Whereas, on the third capital is information age, the main capital is information that finally change the world economy with the characteristic of thriving service industry.
Projection Based on Wave Concept
On the basis of wave concept of the change of the type of society the projection of Indonesian economy in 2010 can be more enriched. All this time the projection of economic development at home is much focused on projection of each industrial sector in this country. As reflected in Indonesia stock exchange, at least there are 9 industrial sector in Indonesia, i.e. agriculture, mining, basic industry and chemical, miscellaneous industry, consumer goods industry, property, and real estate, infrastructure, utilities & transportation, finance, and trade. The nine sectors include in 99 subsectors of industry. In the meantime, if projection of economic growth based on supply side of Bank Indonesia, then there are nine business sectors that contribute to GDP Indonesia, i.e. agriculture, mining & Quarrying, processing industry, electricity, gas and clean water, building, trade, hotel and restaurant, transportation and communication, finance, leasing & services.
If following the concept of wave change of society type, projection of development of each business sector is much closer to the industrial age society or the second wave. In fact, non-sector business and cross-sector industry also starts to develop in the dynamic of business in Indonesia. These business activities can regarded as business activities based on creative economy and based on the concern of living environmental conservation (green economy).
Creative economy in essence is creating goods and services on the basis of intellectual property relying on expertise, talent, and creativity. So far creative industry, as evidence suggests, can contribute to national economy. Apart from contributing to GDP, it also can absorb in workforce and export drive. One of economy creative now thriving is related to utilization of information technology or generally known as digital business. Besides digital business, one of creative industry that also thrives recently is business related to entertainment business.
Other than creative industry, business work on environment conservation also grows. Green economy consists of 3 main businesses. First, business on producing goods that directly can diminish carbon emission. This product constitutes a substitute for fossil fuel, which is commonly carried out. The common terminology for this is green energy. Second is activity of industry that supports green activity. Third is green industry in environment and workers.
CREATIVE AND GREEN ECONOMY 2010
Projection of improving Indonesian economy in 2010, compared with that of 2009, makes lots of business sectors in brighter prospect and is expected to flourish in 2010. However, apart from that, dynamic non-sector business seemingly will thrive in the coming years, e.g. creative economy and green economy.
After shocking the world with his prophecy of the world’s future in his book “Future Shock” in 1970, ten years later Alvin Toffler again became a subject of discussion in the world when he launched a book “The Third Wave” in 1980. This book essentially depicts a transition of advanced countries from industrial age society called as a second wave towards information age society as a third wave.
Toffler pointed out three types of society based on wave concept in which each wave eliminates previous culture or civilization. The first type is agricultural society that removes hunter-gatherer society. The second wave is industrial age society. The second wave started occurring in West Europe since the onset of Industrial Revolution and subsequently it spread all over the world.
A key aspect in the second wave society is the emerging of big corporations. Toffler said the second wave society lived on basis of mass production, mass distribution, mass entertainment, weapon of mass destruction. This basis is subsequently combined into standardization, centralization, and concentration and synchronization which subsequently is incorporated into an organization known as bureaucracy.
In the meantime, the post industrial age society appears in the third wave. In this type of society massive things that previously occurred much in the second wave turns into de-massive things. In the post-industrial age society goods and services are many produced on knowledge-based. Information becomes more valuable source than material one.
Based on Toffler’s society wave concept, the capital can be grouped into several wave changes. On the first wave is agriculture age, the form of main capital is land for planting. On the second wave, is industrial age, the main capital is machinery and factory. Whereas, on the third capital is information age, the main capital is information that finally change the world economy with the characteristic of thriving service industry.
Projection Based on Wave Concept
On the basis of wave concept of the change of the type of society the projection of Indonesian economy in 2010 can be more enriched. All this time the projection of economic development at home is much focused on projection of each industrial sector in this country. As reflected in Indonesia stock exchange, at least there are 9 industrial sector in Indonesia, i.e. agriculture, mining, basic industry and chemical, miscellaneous industry, consumer goods industry, property, and real estate, infrastructure, utilities & transportation, finance, and trade. The nine sectors include in 99 subsectors of industry. In the meantime, if projection of economic growth based on supply side of Bank Indonesia, then there are nine business sectors that contribute to GDP Indonesia, i.e. agriculture, mining & Quarrying, processing industry, electricity, gas and clean water, building, trade, hotel and restaurant, transportation and communication, finance, leasing & services.
If following the concept of wave change of society type, projection of development of each business sector is much closer to the industrial age society or the second wave. In fact, non-sector business and cross-sector industry also starts to develop in the dynamic of business in Indonesia. These business activities can regarded as business activities based on creative economy and based on the concern of living environmental conservation (green economy).
Creative economy in essence is creating goods and services on the basis of intellectual property relying on expertise, talent, and creativity. So far creative industry, as evidence suggests, can contribute to national economy. Apart from contributing to GDP, it also can absorb in workforce and export drive. One of economy creative now thriving is related to utilization of information technology or generally known as digital business. Besides digital business, one of creative industry that also thrives recently is business related to entertainment business.
Other than creative industry, business work on environment conservation also grows. Green economy consists of 3 main businesses. First, business on producing goods that directly can diminish carbon emission. This product constitutes a substitute for fossil fuel, which is commonly carried out. The common terminology for this is green energy. Second is activity of industry that supports green activity. Third is green industry in environment and workers.
Monday, May 17, 2010
GREEN BUSINESS
Green Economy
CAPITALIZE ON THE MOMENTUM OF COPENHAGEN SUMMIT
Climate Change summit in Copenhagen, Denmark, last December, recommended to all countries in the world to diminish carbon emission. This will definitely serve as a main trigger of rapid growth of green industry.
At stock market, the sector of mining and energy, telecommunication, infrastructure, and consumer goods in 2010 will definitely continue a trend of positive growth that has occurred in the last few years. Companies in these sectors will keep on improving their performance; their shares will be in the pursuit of investors accordingly. Thus, considering the joint commitment of the world to lessen carbon emission in Copenhagen Summit of Climate Change, obviously green industry is likely to go booming.
Algore, the former Vice President of the U.S., a Nobel Laureate in 2007, as committed to diminishing climate change impact, underlined that climate change impact was overly big for human civilization. On the one hand, climate change has served as a serious threat to human being. However, on the other hand, the global commitment to diminishing climate change impact through carbon emission is believed to stimulate green industry. These two strong reasons will make the year 2010 as a new era of the booming of green industry.
Tree Business Opportunities
If grouped specifically, business activities linked to green environment can be cleaved into three main businesses. First, activities in goods production can directly reduce carbon emission. This product is a substitute of fossilized fuel largely used. The right terminology for this product is green energy.
Green energy, which especially derives from plant, about three years ago, was expected to be a booming commodity. However, the weak commitment of various stakeholders in reducing climate change impact has reduced the booming of green energy.
Other than that, profit margin of green energy which derives from plant is less compatible with other businesses. Even, the land, which is used for green energy, will generate the level of return much bigger if the land is used for non-green plant-based energy. On this business reality, on rational basis, green energy develops less rapidly in the last three years.
Outside this, the majority of green energy business, which still bases on plants, is of small micro entrepreneurs; therefore there is no much fabulous innovation which can be used for further development of the potential of green energy. In addition to that, because they are small-micro entrepreneurs, the pattern of yield is seen in short term. Under such business prospect, it does not show a bigger level of return.
However, it took place several years ago, when there was no global commitment yet that bound the countries in the world to reduce carbon emission. Currently, when global commitment has been made, green industry, not just feasible, but also is something that must run. Therefore, the 2010 becomes an important momentum for the booming of green energy.
Alike green energy business as a core business, other two green economies are supporting as follows (i) industry which supports green activity, and (ii) industry which is green to environment and so are its workers . Most of these two businesses at level of transnational have been implemented in the last few years. However, such positioning is barely as a supplement to its main business.
As an example of the first business, hybrid car made by Toyota Corporation is barely small part of Toyota business activity. Consequently, contribution of this business line to Toyota’s total revenue is still low. However, the post global carbon emission agreement it is firmed that Toyota Corp, business strategy will change that it will produce more green cars.
As a supporting business, in short term these two businesses have not yet contributed to big growth. However, in the medium-long run, the two businesses gradually begin to contribute major revenue. Considering objectively these points, for investors who want to earn the level of profit fairly bigger, a real investment in green economy can serve as an appropriate decision in 2010.
CAPITALIZE ON THE MOMENTUM OF COPENHAGEN SUMMIT
Climate Change summit in Copenhagen, Denmark, last December, recommended to all countries in the world to diminish carbon emission. This will definitely serve as a main trigger of rapid growth of green industry.
At stock market, the sector of mining and energy, telecommunication, infrastructure, and consumer goods in 2010 will definitely continue a trend of positive growth that has occurred in the last few years. Companies in these sectors will keep on improving their performance; their shares will be in the pursuit of investors accordingly. Thus, considering the joint commitment of the world to lessen carbon emission in Copenhagen Summit of Climate Change, obviously green industry is likely to go booming.
Algore, the former Vice President of the U.S., a Nobel Laureate in 2007, as committed to diminishing climate change impact, underlined that climate change impact was overly big for human civilization. On the one hand, climate change has served as a serious threat to human being. However, on the other hand, the global commitment to diminishing climate change impact through carbon emission is believed to stimulate green industry. These two strong reasons will make the year 2010 as a new era of the booming of green industry.
Tree Business Opportunities
If grouped specifically, business activities linked to green environment can be cleaved into three main businesses. First, activities in goods production can directly reduce carbon emission. This product is a substitute of fossilized fuel largely used. The right terminology for this product is green energy.
Green energy, which especially derives from plant, about three years ago, was expected to be a booming commodity. However, the weak commitment of various stakeholders in reducing climate change impact has reduced the booming of green energy.
Other than that, profit margin of green energy which derives from plant is less compatible with other businesses. Even, the land, which is used for green energy, will generate the level of return much bigger if the land is used for non-green plant-based energy. On this business reality, on rational basis, green energy develops less rapidly in the last three years.
Outside this, the majority of green energy business, which still bases on plants, is of small micro entrepreneurs; therefore there is no much fabulous innovation which can be used for further development of the potential of green energy. In addition to that, because they are small-micro entrepreneurs, the pattern of yield is seen in short term. Under such business prospect, it does not show a bigger level of return.
However, it took place several years ago, when there was no global commitment yet that bound the countries in the world to reduce carbon emission. Currently, when global commitment has been made, green industry, not just feasible, but also is something that must run. Therefore, the 2010 becomes an important momentum for the booming of green energy.
Alike green energy business as a core business, other two green economies are supporting as follows (i) industry which supports green activity, and (ii) industry which is green to environment and so are its workers . Most of these two businesses at level of transnational have been implemented in the last few years. However, such positioning is barely as a supplement to its main business.
As an example of the first business, hybrid car made by Toyota Corporation is barely small part of Toyota business activity. Consequently, contribution of this business line to Toyota’s total revenue is still low. However, the post global carbon emission agreement it is firmed that Toyota Corp, business strategy will change that it will produce more green cars.
As a supporting business, in short term these two businesses have not yet contributed to big growth. However, in the medium-long run, the two businesses gradually begin to contribute major revenue. Considering objectively these points, for investors who want to earn the level of profit fairly bigger, a real investment in green economy can serve as an appropriate decision in 2010.
Sunday, January 24, 2010
Gejala Stroke yanf Sering Diremehkan
Gejala Stroke yang Sering Diremehkan
27/03/2010 at 3:46 pm No comments
{wihans.web.id} – Jakarta, Stroke adalah penyakit yang menakutkan karena dapat menyebabkan kecacatan dan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun keluarga, dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup. Sayangnya banyak gejela stroke yang sering diremehkan.
Sebaiknya kenali gejala stoke sejak dini, agar tidak terserang stroke total. Stroke menjadi penyakit penyebab kecacatan nomor 1 dan penyebab kematian nomor 3 di dunia.
Banyak definisi yang diberikan orang awam untuk penyakit stroke. Kelumpuhan sebelah, koma, kejang atau bicara pelo. Tapi definisi stroke menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah terjadinya defisit neurologis mendadak (bukan perlahan), yang menetap lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor pembuluh darah atau sirkulasi, yaitu adanya penyumbatan atau pendarahan pada pembuluh darah.
“Defisit neurologis adalah gejala awal pada pasien stroke yang biasanya sering diabaikan. Defisit neurologis akan diketahui oleh pasien sendiri atau keluarga pasien, maka sebaiknya disadari sedini mungkin,” kata dr Ashwin M. Rumawas, dokter spesialis saraf RS Royal Taruma pada seminar awam Kenali Gejala Stroke Secara Dini, di RS Royal Taruma, Jakarta, Sabtu (27/3/2010).
dr Ashwin menjelaskan, biasanya pasien atau keluarga pasien akan mengabaikan gejala-gejala awal ini, sehingga ketika mereka sudah menyadarinya dan membawa ke rumah sakit, stroke yang diderita sudah cukup parah dan menyebabkan stroke total yang susah untuk disembuhkan.
Menurut dr Ashwin, gejala defisit neurologis yang sering diabaikan meliputi:
Perubahan dan penurunan kesadaran
Ada tingkatan dalam kesadaran yaitu:
1. Compos mentis, yaitu ketika seseorang masih tersadar penuh
2. Apatis, yaitu kurangnya respons terhadap keadaan sekeliling, biasanya ditandai dengan tidak adanya kontak mata atau mata terlihat menerewang dan tidak fokus
3. Somnolen, yaitu keadaan dimana seseorang sangat mudah mengantuk dan tidur terus-menerus, tetapi masih mudah untuk dibangunkan
4. Sopor, yaitu kondisi tidak sadar atau tidur berkepanjangan, tetapi masih memberikan reaksi terhadap rangsangan (rasa sakit).
5. Koma, yaitu kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan apapun.
Gangguan fungsi luhur
Gejala-gejala ini paling sering diabaikan oleh pasien atau keluarga pasien, karena dianggap hanya gangguan biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Cirinya:
1. Gangguan bahasa (afasia), yaitu kondisi dimana seseorang tiba-tiba tidak mengerti bahasa yang biasa digunakannya sehari-hari.
2. Gangguan mengenal tata ruang (gangguan visuospatial), yaitu kondisi dimana seseorang menganggap semua benda berada pada bidang datar, sehingga ia merasa cukup hanya dengan menjangkau dengan tangan tanpa beranjak, walaupun benda tersebut berada 5 m di depannya.
3. Gangguan berhitung (akalkulia), yaitu jika seseorang tiba-tiba kehilangan kemampuan berhitung dengan soal mudah sekalipun.
4. Gangguan menulis (agrafia), yaitu jika seseorang tiba-tiba tidak bisa menulis namun masih bisa membaca.
5. Gangguan membaca (alexia), yaitu jika seseorang tiba-tiba tidak bisa membaca namun bisa menulis.
6. Gangguan mengenal nama orang atau barang (anomia), bahkan dengan orang atau barang yang sering ditemuinya
7. Gangguan memori (amnesia)
Gangguan sensorik
1. Hemihipestesia (baal atau kurangnya sensitifitas pada 1 sisi)
2. Hemiparestesia (kesemutan 1 sisi)
3. Kesemutan sekitar mulut
4. Gangguan pengecapan atau lidah
5. Nyeri pada satu sisi tubuh
Kejang
1. Kejang fokal, yaitu kejang pada salah satu bagian tubuh (kanan atau kiri saja)
2. Kejang umum, yaitu kejang pada seluruh tubuh
3. kejang absans, yaitu kejang disertai waktu jeda dan kemudian kejang lagi secara berulang-ulang
Gangguan lapang pandang penglihatan
1. Buta mendadak 1 mata atau 2 mata
2. Gelap 1 sisi lapang pandang atau terdapat spot hitam di sekitar pandangan
Gangguan motorik
1. Hemiparesis (lemah sebelah badan, tangan kaki kanan atau kiri saja)
2. Quadriparesis (lemah keempat anggota badan, tangan kaki kanan dan kiri)
3. Paraparesis (lemah kedua kaki)
4. Gangguan gerak otot wajah, biasanya ditandai dengan bentuk bibir yang tiba-tiba miring
5. Gangguan gerak bola mata (oftalmoplegia)
6. Gangguan menelan (disfagia)
Nah, sebaiknya Anda mengetahui gejala-gejala diatas dengan baik, sehingga bila Anda atau keluarga Anda mengalami gejal-gejala diatas dapat segera ditangani dengan baik sebelum terlambat. Gejala stroke yang terlambat untuk didiagnosa akan menyebabkan terjadinya stroke total yang mungkin tidak bisa disembuhkan.
27/03/2010 at 3:46 pm No comments
{wihans.web.id} – Jakarta, Stroke adalah penyakit yang menakutkan karena dapat menyebabkan kecacatan dan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun keluarga, dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup. Sayangnya banyak gejela stroke yang sering diremehkan.
Sebaiknya kenali gejala stoke sejak dini, agar tidak terserang stroke total. Stroke menjadi penyakit penyebab kecacatan nomor 1 dan penyebab kematian nomor 3 di dunia.
Banyak definisi yang diberikan orang awam untuk penyakit stroke. Kelumpuhan sebelah, koma, kejang atau bicara pelo. Tapi definisi stroke menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah terjadinya defisit neurologis mendadak (bukan perlahan), yang menetap lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor pembuluh darah atau sirkulasi, yaitu adanya penyumbatan atau pendarahan pada pembuluh darah.
“Defisit neurologis adalah gejala awal pada pasien stroke yang biasanya sering diabaikan. Defisit neurologis akan diketahui oleh pasien sendiri atau keluarga pasien, maka sebaiknya disadari sedini mungkin,” kata dr Ashwin M. Rumawas, dokter spesialis saraf RS Royal Taruma pada seminar awam Kenali Gejala Stroke Secara Dini, di RS Royal Taruma, Jakarta, Sabtu (27/3/2010).
dr Ashwin menjelaskan, biasanya pasien atau keluarga pasien akan mengabaikan gejala-gejala awal ini, sehingga ketika mereka sudah menyadarinya dan membawa ke rumah sakit, stroke yang diderita sudah cukup parah dan menyebabkan stroke total yang susah untuk disembuhkan.
Menurut dr Ashwin, gejala defisit neurologis yang sering diabaikan meliputi:
Perubahan dan penurunan kesadaran
Ada tingkatan dalam kesadaran yaitu:
1. Compos mentis, yaitu ketika seseorang masih tersadar penuh
2. Apatis, yaitu kurangnya respons terhadap keadaan sekeliling, biasanya ditandai dengan tidak adanya kontak mata atau mata terlihat menerewang dan tidak fokus
3. Somnolen, yaitu keadaan dimana seseorang sangat mudah mengantuk dan tidur terus-menerus, tetapi masih mudah untuk dibangunkan
4. Sopor, yaitu kondisi tidak sadar atau tidur berkepanjangan, tetapi masih memberikan reaksi terhadap rangsangan (rasa sakit).
5. Koma, yaitu kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi terhadap rangsangan apapun.
Gangguan fungsi luhur
Gejala-gejala ini paling sering diabaikan oleh pasien atau keluarga pasien, karena dianggap hanya gangguan biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Cirinya:
1. Gangguan bahasa (afasia), yaitu kondisi dimana seseorang tiba-tiba tidak mengerti bahasa yang biasa digunakannya sehari-hari.
2. Gangguan mengenal tata ruang (gangguan visuospatial), yaitu kondisi dimana seseorang menganggap semua benda berada pada bidang datar, sehingga ia merasa cukup hanya dengan menjangkau dengan tangan tanpa beranjak, walaupun benda tersebut berada 5 m di depannya.
3. Gangguan berhitung (akalkulia), yaitu jika seseorang tiba-tiba kehilangan kemampuan berhitung dengan soal mudah sekalipun.
4. Gangguan menulis (agrafia), yaitu jika seseorang tiba-tiba tidak bisa menulis namun masih bisa membaca.
5. Gangguan membaca (alexia), yaitu jika seseorang tiba-tiba tidak bisa membaca namun bisa menulis.
6. Gangguan mengenal nama orang atau barang (anomia), bahkan dengan orang atau barang yang sering ditemuinya
7. Gangguan memori (amnesia)
Gangguan sensorik
1. Hemihipestesia (baal atau kurangnya sensitifitas pada 1 sisi)
2. Hemiparestesia (kesemutan 1 sisi)
3. Kesemutan sekitar mulut
4. Gangguan pengecapan atau lidah
5. Nyeri pada satu sisi tubuh
Kejang
1. Kejang fokal, yaitu kejang pada salah satu bagian tubuh (kanan atau kiri saja)
2. Kejang umum, yaitu kejang pada seluruh tubuh
3. kejang absans, yaitu kejang disertai waktu jeda dan kemudian kejang lagi secara berulang-ulang
Gangguan lapang pandang penglihatan
1. Buta mendadak 1 mata atau 2 mata
2. Gelap 1 sisi lapang pandang atau terdapat spot hitam di sekitar pandangan
Gangguan motorik
1. Hemiparesis (lemah sebelah badan, tangan kaki kanan atau kiri saja)
2. Quadriparesis (lemah keempat anggota badan, tangan kaki kanan dan kiri)
3. Paraparesis (lemah kedua kaki)
4. Gangguan gerak otot wajah, biasanya ditandai dengan bentuk bibir yang tiba-tiba miring
5. Gangguan gerak bola mata (oftalmoplegia)
6. Gangguan menelan (disfagia)
Nah, sebaiknya Anda mengetahui gejala-gejala diatas dengan baik, sehingga bila Anda atau keluarga Anda mengalami gejal-gejala diatas dapat segera ditangani dengan baik sebelum terlambat. Gejala stroke yang terlambat untuk didiagnosa akan menyebabkan terjadinya stroke total yang mungkin tidak bisa disembuhkan.
Monday, January 18, 2010
INDONESIAN SCIENTISTS INVENTED NANO-CANCER THERAPY
Airlanga University’s research team develops nano-technology cancer therapy. Its outcome is more effective, also much cheaper twentieth time as much than foreign medicine.
It is not futile that Andi Hamim Zaidan and his ten other colleagues spent 2 years on research at Airlangga University’s Photon Laboratory, Surabaya. Their research comes out with good results. They succeed in producing prototype of gold nano-particle in 20 and 30 nanometer. Particle in super mini can penetrate into human body, then find and destroy cancer cells.
For selecting cancer cell, said Zaidin Gold Nano-Particle is equipped with smart censor made of antigen polyetilenglycol (PEG). After locking location of cancer cell, the body gets rayed with Photo Thermal Therapy (PTT). Process of electromagnetic wave radiation (commonly using infra red rays) changes light into heat that can terminate cancer cells.
“At this moment, GNP prototype is not equipped with a smart censor as it must undergo characterization in its optic and thermal nature first,” said Dean, Faculty of Science and Technology of Airlangga University, Surabaya.
At the stage of characterization, his side has to cooperate with Physic Optic Laboratory of Airlangga University, as Electron Microscope is required (SEM and TEMP type). This equipment is overly rare in Indonesia.
After the stage of characterization, the research enters experiment therapy in vitro, by cultivating cancer cells out of host. Then, GNP is tested on animal before testing it on human body. At in-vitro and in vivo stage, Zaidan will cooperate with his colleagues in Medical Faculty of Airlangga University.
If it is used as cancer therapy, Zaidan added, the gold particle is better round or in bar. The maximum size is 50 nanometer, so it can freely penetrate into cells. The target of their research is synthesizing GNP with small diameter, i.e. 15 nanometer.
The research of GNP as an instrument of cancer therapy is not the first thing to do. Scores of countries has conducted this since several years ago. However, according Zaidan, his research is different from the side of development of theory and method of synthesis. At the stage of theory, they develop PTT model using GNP and complete carbon nano tube (CNB), starting from simulation of photon to dosimetri therapy.
Dosimetri GNP means the determination of way of ray exposure, duration, power, electromagnetic radiation wave length. Model of PTT is related to photodynamic therapy (PDT). The difference is that PTT does not require oxygen for integration with cell or target network.
PTT can use light with less-energetic wave length so not overly dangerous for cell and other network. “There is no yet a complete theory for this, not to mention on the use of CNT,” said he.
The new other thing from Zaidan’s research team is not synthesizing of GNP with chemical reaction as commonly used in foreign researches. The reason is that the frozen material for synthesis using chemical reaction is overly expensive and must be imported. He exemplifies he finds a material which cost at Rp 3 million a gram.
Therefore, Zaidan’s team searched for local material as a means of synthesis. The new synthesis model is easier and cheaper, without diminishing the level of accuracy and it minimizes side effect.
In comparison, if using imported material, GNP production requires US$ 250 up to US$ 500 per millimeter. If using local material, its production cost is merely at Rp 25,000 per millimeter or 20th time as much cheaper. “So, my prediction, if our research is already accomplished and can be applied, the cost remains at Rp 50,000 , he said. Apart from developing GNP as a means of cancer therapy, Zaidan’s team is also developing CNT as an agent of selective cancer therapy and diagnosis. For diagnosis they try to make contrast agent for Magnetic Resonance Imaging and biomarker.
Now the research of CNT has just accomplished at the stage of theory and model. While one step behind GNP is experiment, it has entered the stage of experiment.
Airlanga University’s research team develops nano-technology cancer therapy. Its outcome is more effective, also much cheaper twentieth time as much than foreign medicine.
It is not futile that Andi Hamim Zaidan and his ten other colleagues spent 2 years on research at Airlangga University’s Photon Laboratory, Surabaya. Their research comes out with good results. They succeed in producing prototype of gold nano-particle in 20 and 30 nanometer. Particle in super mini can penetrate into human body, then find and destroy cancer cells.
For selecting cancer cell, said Zaidin Gold Nano-Particle is equipped with smart censor made of antigen polyetilenglycol (PEG). After locking location of cancer cell, the body gets rayed with Photo Thermal Therapy (PTT). Process of electromagnetic wave radiation (commonly using infra red rays) changes light into heat that can terminate cancer cells.
“At this moment, GNP prototype is not equipped with a smart censor as it must undergo characterization in its optic and thermal nature first,” said Dean, Faculty of Science and Technology of Airlangga University, Surabaya.
At the stage of characterization, his side has to cooperate with Physic Optic Laboratory of Airlangga University, as Electron Microscope is required (SEM and TEMP type). This equipment is overly rare in Indonesia.
After the stage of characterization, the research enters experiment therapy in vitro, by cultivating cancer cells out of host. Then, GNP is tested on animal before testing it on human body. At in-vitro and in vivo stage, Zaidan will cooperate with his colleagues in Medical Faculty of Airlangga University.
If it is used as cancer therapy, Zaidan added, the gold particle is better round or in bar. The maximum size is 50 nanometer, so it can freely penetrate into cells. The target of their research is synthesizing GNP with small diameter, i.e. 15 nanometer.
The research of GNP as an instrument of cancer therapy is not the first thing to do. Scores of countries has conducted this since several years ago. However, according Zaidan, his research is different from the side of development of theory and method of synthesis. At the stage of theory, they develop PTT model using GNP and complete carbon nano tube (CNB), starting from simulation of photon to dosimetri therapy.
Dosimetri GNP means the determination of way of ray exposure, duration, power, electromagnetic radiation wave length. Model of PTT is related to photodynamic therapy (PDT). The difference is that PTT does not require oxygen for integration with cell or target network.
PTT can use light with less-energetic wave length so not overly dangerous for cell and other network. “There is no yet a complete theory for this, not to mention on the use of CNT,” said he.
The new other thing from Zaidan’s research team is not synthesizing of GNP with chemical reaction as commonly used in foreign researches. The reason is that the frozen material for synthesis using chemical reaction is overly expensive and must be imported. He exemplifies he finds a material which cost at Rp 3 million a gram.
Therefore, Zaidan’s team searched for local material as a means of synthesis. The new synthesis model is easier and cheaper, without diminishing the level of accuracy and it minimizes side effect.
In comparison, if using imported material, GNP production requires US$ 250 up to US$ 500 per millimeter. If using local material, its production cost is merely at Rp 25,000 per millimeter or 20th time as much cheaper. “So, my prediction, if our research is already accomplished and can be applied, the cost remains at Rp 50,000 , he said. Apart from developing GNP as a means of cancer therapy, Zaidan’s team is also developing CNT as an agent of selective cancer therapy and diagnosis. For diagnosis they try to make contrast agent for Magnetic Resonance Imaging and biomarker.
Now the research of CNT has just accomplished at the stage of theory and model. While one step behind GNP is experiment, it has entered the stage of experiment.
GREEN BUSINESS
GREEN SHOES
RISKA CREATION
Rizka Mirzalina succeeds in positioning her eco-fashion shoes in domestic and foreign market. Linda Chandra and Marc Jacobs become her inspiration. Index carbon of her production stands at 0.4 tons up to 1 tons.
Beginning from the drawing books given to her, Riska as a child likes drawing. At secondary school in 1999, Riska was just for fun designing cell phone and sport shoes in which there is halogen. In 2004, she remembered, Siemens issued a cell phone, the model of which was similar to her previous design.
One of the merits of Riska business is her platform: green business. Green is translated by Riska into not just from recycled material aspect but also into the entire process. “For instance, in every activity I count its trace of carbon every 6 months. My latest carbon index stands at 0.4 tons up to 1 tons.” This is a part of the realization of mission of go green business,” said Riska.
Riska began concerned about environment when she was inspired by her host father, Bryan, in a exchange student program. She was taught to be more concerned not only about environment, but also social and manpower. With a recycled material I can save production cost up to 30%, which then is allocated for manpower. This does happen if they make braded shoes,” she said.
According to Rizka there are two designers that inspire her. They are March Jacobs, Creative Director for Louis Vuitton, fashion house, whose design is much liked by many young generations. The other is Linda Chandra. Linda’s shoes are overly cute in design. Her level is high,” said Riska.
For overseas promotion she was helped when she participated in shoes promotion in Leverkusen, Germany, in November last year. At that time, Bayer chose her as one of four projects in Indonesia in Bayer Young Environmental Envoy 2009. “We learn about environment program and sustainable company,” she said.
In Leverkusen she displayed her green innovation products. The media coverage from Turk, Finland, and Columbia was overly helpful, so shoes order from overseas flew in, such as the Philippines, America, Peru, Switzerland, and Norway.
In next July, Riska will attend World Bank program in Sweden. She is elected as a final of environment competition which will discuss environment issue. Afterwards, she wants to submit her business proposal for final lecture assignment.
From here, she intended to apply for loan for opening a workshop. She wants to known as a shoe designer. Like Channel, not only as a product design, but also as a designer, i.e. Coco Channel,” said Riska.
RISKA CREATION
Rizka Mirzalina succeeds in positioning her eco-fashion shoes in domestic and foreign market. Linda Chandra and Marc Jacobs become her inspiration. Index carbon of her production stands at 0.4 tons up to 1 tons.
Beginning from the drawing books given to her, Riska as a child likes drawing. At secondary school in 1999, Riska was just for fun designing cell phone and sport shoes in which there is halogen. In 2004, she remembered, Siemens issued a cell phone, the model of which was similar to her previous design.
One of the merits of Riska business is her platform: green business. Green is translated by Riska into not just from recycled material aspect but also into the entire process. “For instance, in every activity I count its trace of carbon every 6 months. My latest carbon index stands at 0.4 tons up to 1 tons.” This is a part of the realization of mission of go green business,” said Riska.
Riska began concerned about environment when she was inspired by her host father, Bryan, in a exchange student program. She was taught to be more concerned not only about environment, but also social and manpower. With a recycled material I can save production cost up to 30%, which then is allocated for manpower. This does happen if they make braded shoes,” she said.
According to Rizka there are two designers that inspire her. They are March Jacobs, Creative Director for Louis Vuitton, fashion house, whose design is much liked by many young generations. The other is Linda Chandra. Linda’s shoes are overly cute in design. Her level is high,” said Riska.
For overseas promotion she was helped when she participated in shoes promotion in Leverkusen, Germany, in November last year. At that time, Bayer chose her as one of four projects in Indonesia in Bayer Young Environmental Envoy 2009. “We learn about environment program and sustainable company,” she said.
In Leverkusen she displayed her green innovation products. The media coverage from Turk, Finland, and Columbia was overly helpful, so shoes order from overseas flew in, such as the Philippines, America, Peru, Switzerland, and Norway.
In next July, Riska will attend World Bank program in Sweden. She is elected as a final of environment competition which will discuss environment issue. Afterwards, she wants to submit her business proposal for final lecture assignment.
From here, she intended to apply for loan for opening a workshop. She wants to known as a shoe designer. Like Channel, not only as a product design, but also as a designer, i.e. Coco Channel,” said Riska.
Subscribe to:
Posts (Atom)